Saudaraku … Janganlah kita mencela para sahabat sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang Rafidhah (Syi’ah). Hendaklah kita mencintai mereka sebagaimana yang dikatakan oleh Ath Thohawiy,
Kami mencintai para sahabat Nabi shallallahu alaihi wa sallam, namun tidak berlebihan dalam mencintai salah seorang di antara mereka. Kami juga tidak bersikap meremehkan seorang pun di antara mereka. Kami membenci siapa saja yang membenci mereka dan siapa saja yang menyebutkan mereka dengan kejelekan. Kami pun hanya menyebut mereka dalam kebaikan. Mencintai mereka adalah merupakan bagian dari ad-dien (agama), keimanan, dan ihsan. Sedangkan membenci mereka adalah suatu kekufuran, kemunafikan, dan melampaui batas.
Lihatlah perbuatan orang Syi’ah yang begitu menjijikkan. Mereka sampai menyebut Abu Bakar dan Umar -kholifah pertama dan kedua umat ini- dengan Al Jibtu dan Ath Thogut (nama berhala). Bahkan hal ini mereka sebut dalam do’a-do’a mereka. Bunyi do’a mereka adalah
“Ya Allah limpahkanlah shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, dan kutuklah dua berhala, dua sesembahan, dua tukang sihir Quraisy, dan kedua anak wanita mereka berdua …”.
Yang mereka maksud dengan dua berhala adalah Abu Bakar dan Umar. Sedangkan yang dimaksud dengan kedua anak wanita adalah Ummul Mukminin ‘Aisyah dan Ummul Mukminin Hafshoh. Padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melarang kita untuk mencela para sahabat. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تَسُبُّوا أَصْحَابِى ، فَلَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلاَ نَصِيفَهُ
“Janganlah mencela sahabatku. Seandainya salah seorang di antara kalian menginfakkan emas seberat gunung Uhud, maka sungguh kalian tidak akan menyamai infak mereka sebesar satu mud (seukuran dua telapak tangan) bahkan tidak akan menyamai separuhnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Abu Bakar dan Umar termasuk di antara 10 orang yang dijamin masuk surga. Lalu kenapa orang Syi’ah yang belum tentu masuk surga mencela mereka? Perhatikanlah sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap mereka berdua,
أَبُو بَكْرٍ فِى الْجَنَّةِ وَعُمَرُ فِى الْجَنَّةِ
… “Abu Bakar di surga, Umar di surga, …” (HR. Abu Daud no. 4649. Hadits dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Misykatul Mashobih no. 6109)
Abu Zur’ah berkata,
“Apabila engkau melihat seseorang mencela salah seorang sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka ketahuilah dia adalah zindiq (munafik). Karena sesungguhnya ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di sisi kita adalah benar, Al Qur’an adalah benar, dan yang menyampaikan Al Qur’an dan Sunnah kepada kita hanyalah para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka yang mencela tersebut sebenarnya ingin merusak kesaksian kita terhadap benarnya Al Qur’an dan As Sunnah. Celaan tersebut sebenarnya lebih pantas ditujukan pada orang yang mencela sahabat karena mereka adalah zindiq.” (Lihat Al Kifayaah fii Ma’rifati Ushuuli ‘Ilmi Riwayah, 1/115, no. 104, Asy Syamilah)
Seharusnya kita mendoakan para sahabat dengan do’a yang terdapat di dalam Al Qur’an,
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آَمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
“Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang. (QS. Al Hasyr [59] : 10)
Perkataan yang sangat indah dari Imam Malik rahimahullah tentang ayat yang mulia ini bahwa
sesungguhnya Rofidhoh (Syi’ah) yang sering mencela sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, orang semacam mereka tidak akan mendapatkan jatah fa’i sedikitpun karena mereka tidak mensifati para sahabat sebagaimana yang dipuji Allah dalam ayat ini.
Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan,
“Orang yang mengikuti para sahabat (dari kalangan Muhajirin dan Anshor) dengan baik (ihsan) adalah orang yang mengikuti kebaikan para sahabat, mensifati (menyebut) mereka dalam kebaikan, dan mendo’akan mereka secara lirih maupun terang-terangan. Perkataan yang sangat indah pula dari Imam Malik rahimahullah tentang ayat yang mulia ini bahwa sesungguhnya Rofidhoh (Syi’ah) yang sering mencela sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, orang semacam mereka tidak akan mendapatkan jatah fa’i sedikitpun karena mereka tidak mensifati para sahabat sebagaimana yang dipuji Allah dalam ayat ini. (Lihat Shohih Tafsir Ibnu Katsir, 4/413, Dar Ibnu Rojab dan Darul Fawa’id)
Alhamdulillahilladzi bi nimatihi tatimmush sholihat. Wa shallallahu ala nabiyyina Muhammad wa ala alihi wa shohbihi wa sallam.
—
Yogyakarta,24 Shofar 1430 H
Oleh Al Faqir Ilallah: M. Abduh Tuasikal, MSc
Artikel Rumaysho.Com
Baca Juga: